Baru setelah ‘mlipir’ hampir selama 4 tahun sepulang merantau, gagasan ini sempat maujud. Takut untuk gagal. Proses pembekalan dan pemantasan diri dilakukan sepanjang rentang itu. Dari desa ke desa, kampung ke kampung melalui Sekolah Lurah. Pendampingan desa-desa sebagai desa ber-DNA yang tidak harus menjalani mimpi sebagai desa wisata terus dijalankan menggalang cendekia-cendekia untuk turun ke desa-desa.
Desa yang ber-DNA kopi kita susunkembangkan program Ashabul Coffe bersama semacam usaha waralaba warung Kopi. Desakota-desakota ber-DNA tempe kita dampingi dengan jejaring Tempeh Nation. Batik juga merupakan salah satu DNA kawasan yang kita dampingi. Bambu dengan program Bambooland Indonesia, bersama semacam usaha rancang bangun bambu yang sementara kita kloning inspirasinya di 3 desa DIY. Tidak berhubungan dengan bahan kayu sebagai material bangunan, bangunan tradisional dan sejenisnya.
Kenal dengan Joglo sejak tahun 1993 dalam suatu tugas kuliah dan terlibat secara tidak sengaja secara terus menerus salam proyek rehabilitasi. Tahun 2003 sempat mengintegrasikan dan melihat bangunan ini secara arsitektural, sipil dan sosial. Kelindan pengetahuan arsitektur, sipil, antropologi, kehutanan dan fisika bangunan baru sempat terwujud 2013 lalu. Sampai disini masih gamang dengan pengetahuan yang digenggam.
Mendapat hibah dana kerjasama riset kolaborasi internasional sejak tahun 2015-2017 semakin meneguhkan bahwa pengetahuan-pengetahuan ini banyak mendapat sambutan hangat sebagai pengetahuan yang jenius. Kolega dari Jepang, Selandia Baru, Inggris, Taiwan dan Belanda mendukung serius untuk membangun sebuah warung pengetahuan Nusantara. Hebatnya lagi dukungan dari rekan-rekan non arsitek juga tak kalah banyak. Gagasan ibarat benih yang perlu mendapat tempat semai yang baik, sejenis ruang kreatif yang terpilih. Suatu kehormatan bagi Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (DPPM) dan Jurusan Arsitektur Universitas Islam Indonesia untuk dapat bekerja sama merawat pengetahuan-pengetahuan ini, yang barangkali di bangku sekolah-sekolah Arsitektur sudah mulai dilupakan atau punah.
Sampai akhirnya, 2017 harus kita mulai sempurnakan gagasan ini. Ada hasil riset gambar-gambar sketsa bangunan Jawa di Keraton Kasunanan Surakarta yang siap kita pelajari berjamaah. Sekitar 2 jenis bangunan dengan 14 variannya menunggu kita mempelajarinya. Hasil dari workshop ini akan dipajang rekontruksi sebagai bahan ajar di living laboratory JAWI atau Java Wisdom Institute di Karanganyar, Jawa Tengah.
SETON, kami persembahkan untuk para pecinta tradisi, pemulia kayu-batu-bambu dan peniti jalan budaya.