Architectural Excursion of Nias Island

Arsitektur Nias

Nias merupakan pulau kecil yang letaknya 120 km dari pantai barat pulau Sumatera.  Pulau yang membentang seluas 4.771 km2 ini memiliki kekayaan arsitektur yang terjaga sampai saat ini. Rumah tradisional Nias terkenal dengan keunikan bentuk dan merupakan salah satu aset kekayaan budaya Indonesia. Pulau Nias memiliki 3 arsitektur rumah adat yang terbagi menjadi Nias Utara, Nias Tengah dan Nias Selatan. Tipe Nias Utara (bentuk atap bulat, bentuk denah lantai oval), Tipe Nias Tengah (bentuk atap bulat, bentuk denah degi empat), dan Tipe Nias Selatan (bentuk atap segi empat, bentuk denah persegi). Semua rumah adat Nias terbuat dari kayu yang bergabung bersama tanpa menggunakan paku.  Dibangun di atas tiang yang kuat dari batang kayu dan atap sisi dilapisi daun rumbia. 

TIPOLOGI BENTUK RUMAH NIAS

Denah Rumah Nias mempunyai bentuk empat persegi yang disebut “gomo” berbeda dengan Nias Utara berbentuk oval yang disebut “moco”.

BENTUK RUMAH NIAS

Omo Aro Gosali : berupa balai adat/balai pertemuan/tempat musyawarah seluruh warga kampung termasuk pemimpin,dalam rangka menyesuaikan permasalahan dan menden-garkan keberhasilan dari kegiatan desa baik adat,hukum,sosial dan kegiatan lainnya.

Omo Hada : Berupa rumah rumah adat tinggalmasyarakat atau disebut si’ulu atau penghulu di daerah nias bagian selatan dan Balugu/Salawa pada masyarakat Nias bagian Utara.Pada bagian Omo Hada terdapat ukiran-ukiran yang unik yang melambangkan kekuasaan dan kekayaan.

Omo Ni’olasara : Berupa rumah adat yang tiangnya berukiran dengan motif ni’ola-sara,dan biasanya rumah ini ditempati oleh kaum bangsawan atau tokoh adat.

Omo Niha Sigoloto : berupa rumah rakyat biasa,berbentuk sama dengan rumah adat tetapi tiangnya tidak berukiran.

Tipologi rumah tradisional Nias Selatan berbentuk persegi panjang dengan petak-petak terntentu dengan konstruksi berbaris berbentuk tinggi dan ujung atap yang mengarah ke jalan yang sudah ditentukan berdasarkan tipe rumah mengenai tata letak,gaya,desain,posisi rumah yang menunjukan tingkatan strata sosial terntentu.Terdapat rumah kepala suku (Omo sebua) rumah dewan adat (bale) yang berada di tengah persimpangan desa waterson,1990) dan rumah pemukiman penduduk biasa.

POLA

Desa-desa nias selatan terletak di daer-ah perbukitan dan pegunungan dimana terdap-at pemukiman yang terdiri dari ratusan rumah yang diatur saling berhimpitan dikedua sisi disepanjang jalan yang terbuat dari batu dengan pola jalan yang berbentuk konfigurasi L atau T.

Desa-desa nias selatan terletak di daerah perbukitan dan pegunungan dimana terdapat pemukiman yang terdiri dari ratusan rumah yang diatur saling berhimpitan dikedua sisi disepanjang jalan yang terbuat dari batu dengan pola jalan yang berbentuk konfigurasi L atau T.

Disepanjang jalan kampung,terdapat perkarangan yang cukup luas pada setiap pemukiman yang digunakan sebagai tempat mereka bekerja dan bersosialisasi.Saluran air yang terdapat masing-masing pemukiman ada-lah sebagai batas wilayah dari masing-masing penghuni rumah,tapi terdapat juga sumber air bersama yang biasanya berada di persimpan-gan dari konfigurasi pola pemukiman T atau L.Dibagian depan halaman menuju kearah pemukiman/desa,disediakan tempat untuk me-letakan batu-batu megallit.Tempat ini disebut Oli Batu dan menjadi perlambang kedudukan sang pemilik rumah.Batu-Batu tersebut memiliki bermacam-macam bentuk,termasuk Menhir (batu megalit yang berbentuk tegak tinggi).

ZONASI

Terdapat pembagian zonasi tingkat pada bangunan rumah di nias selatan,dimana ketigan-ya memiliki sistem struktur tersendiri dengan pelayanan yang berbeda dan fungsi yang berbeda pula berdasarkan ksomologis masyarakat nias itu sendiri .Pembagian zonasi ini sebagai fitur “genius” untuk menahan gempa memberikan la-pisan yang elastis sehingga seluruh rumah akan berperilaku elastis terhadap getaran gempa.

 

NIAS UTARA

  • Rumah oval Nias Utara pada sejarahnya merupakan rumah yang digunakan sekaligus menjadi tempat pertahanan masyarakat untuk bersembunyi dan melawan musuh yaitu para penjajah Belanda. Pada masa penjajahan, musuh kerap datang dari arah mana saja sehingga alasan ini juga dapat menjadi pengaruh mengapa rumah adat di Nias Utara mempunyai bentuk oval Read more...

NIAS TENGAH

  • Bangsa Indonesia mulai mengenal ukir  sejak zaman batu muda (Neolitik), yakni sekitar tahun1500 SM. Pada zaman itu nenek moyang bangsa Indonesia telah membuat ukiran pada kapak batu, tempaan tanah liat atau bahan lain yang ditemuinya. Rumah-rumah tradisional Nias menjadi langka saat memasuki wilayah Nias bagian tengah, padahal kebudayaan Nias beserta arsitekturnya berasal dari Nias tengah Read more...

NIAS SELATAN

  • Gempa hebat berkekuatan 8.7 skala richter yang terjadi di pulau Nias akhir bulan Maret 2005 mengakibatkan kurang lebih 1000 jiwa meninggal dan ribuan unit bangunan dan fasilitas umum rusak bahkan runtuh. Jumlah total rumah dan fasilitas bisnis yang rusak berat, rusak ringan dan rusak total kemudian puluhan gedung pemerintahan, sekolah, jembatan jalanan dan tempat ibadah  Read more...

DOCUMENT PRODUCT

 

BOOK

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipis

 

PHOTO GALLERY

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipis

 

APREB

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipis

 

VIDEO

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipis

 

MEASURED DRAWING

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipis

 

EXHIBITION

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipis

 

MOCK-UP

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipis

 

WEB

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipis

OUR JOURNEY

Hulö La'ewa nidanö ba ifuli fahalö-halö

Rasa kepersaudaraan itu sangat kuat dan susah untuk dipecahbelahkan meskipun banyak hal yang merupakan tantangan di antara kehidupan orang yang bersaudara.

OUR TEAM

Architecture Excursion of Nias 2018

Saohagölö Nias | 2018

Menyusur jalan berdebu delapan hari di enam kampung adat menemui tukang-tukang Nusantara di Nias untuk meramukepalkan bersama kurikulum Sekolah Tukang Nusantara (SETON). Riset ini disponsori oleh Ristek Dikti melalui Hibah Kolaborasi Riset Luar Negeri dan Publikasi Internasional 2018. Juga, didukung oleh Jurusan Arsitektur UII berupa mata kuliah Ekskursi Arsitektur. Menelisih dari Nias Tengah, Nias Utara, Nias Barat, sampai Nias Selatan, menyusuri 617 km jalan kabupaten, desa dan sungai kering serta meniti jembatan putus-putus dalam 168 jam.

Riset tentang arsitektur Nias sudah banyak orang melakukan, bahkan sangat banyak dan beragam. Ruang, fungsi, ornamen, bentuk, makna, filosofi dan budaya adalah traktor-traktor aras utama kajian arsitektur tradisi. Material, sistem struktur dan konstruksi adalah minoritas. Jikalau traktor-traktor tadi sudah menggali-temu pengetahuan dan sains arsitektur tradisi, riset ini ini hanyalah cangkul-cangkul kajian yang barangkali terlewat dan terabai dari daya jelajah traktor-traktor raksasa aras utama tersebut.

Seperti niat bermain air di Umbul Ponggok Klaten, dari jauh medan canda di air sudah tidak ada celah dan membikin enggan saking sesaknya. Namun cobalah masuk pelan-pelan dan beradaptasi mencari celah untuk mencari ruang sesempit apapun. Niscaya menemukan ruang bermain yang tak kalah asyik meski terbatas. Bukankah terbatas dalam riset malah meruncingkan problem statement?

Mensinerjikan hasil-hasil penelitian dari beberapa institusi juga menjadi langkah strategis didekapkan untuk tidak mengulang kajian-kajian yang sudah ada. Jejaring kepada lembaga yang berkepentingan maupun individu-individu petaruh arsitektur tradisi menjadi penting, menarik dan perlu untuk didedahkan.

Dalam jelajah sains rumah kayu Nias ini banyak bantuan yang kami terima, untuk itu ijinkanlah kami terima kasih kami ucapkan untuk bantuan dan dukungan perjalanan yang luar biasa ini kepada:

1. Kementrian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Republik Indonesia. Hibah Kerjasama Riset Luar Negeri dan Publikasi Internasional 2018.
2. Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Universitas Islam Indonesia
3. Jurusan Arsitektur FTSP, Universitas Islam Indonesia.
4. Laboratory of Structural Function, Research Institute for Sustainable Humanosphere, Kyoto University.
5. Mahasiswa Ekskursi Arsitektur, Jurusan Arsitektur FTSP, Universitas Islam Indonesia.
6. Pastor Johannes M. Hämmerle & bapak Nata'aluhi Duha | Museum Pusaka Nias
7. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Badan Penelitian dan Pengembangan, Loka Teknologi Permukiman Medan
8. Bapak Maesaho | Desa Hili Mondregeraya – Nias Selatan
9. Bapak Misran| Desa Bawö Mataluo – Nias Selatan
10. Ama Romogulö | Desa Simae’asi – Mandrehe – Nias Barat
11. Ga’a Agustus Baili | Desa Siso Bambowo – Lahomi – Nias Barat
12. Bapak Tandanasehi | Desa Siforoasi - Gomo
13. Ama Alfi | Desa Gazamonu - Bawolato
14. <a class="profileLink" href="https://www.facebook.com/antique.soedhiarti?fref=mentions" data-hovercard="/ajax/hovercard/user.php?id=752552636&amp;extragetparams=%7B%22fref%22%3A%22mentions%22%7D" data-hovercard-prefer-more-content-show="1">Antique Soedhiarti</a>, Irma Nasution (Unimed), <a class="profileLink" href="https://www.facebook.com/marcelinusndraha?fref=mentions" data-hovercard="/ajax/hovercard/user.php?id=100006208216689&amp;extragetparams=%7B%22fref%22%3A%22mentions%22%7D" data-hovercard-prefer-more-content-show="1">Marcelinus Ndraha</a>

#Riset, Selow and Hoyaq-hayiq | SETON
Ya’ahowu

CONTACT US

Product

  • Keranjang/ Onlineshop