Walau sudah hampir setahun terbakar, rekonstruksi kampung Tarung belum tergesa dilakukan. Selain urusan adat, masalah ketersediaan material utama yaitu kayu untuk komponen struktural belum tersedia, baik jumlah maupun ukurannya.
Ritual pencarian kayu utama tak kalah ribetnya. Tak sembarang orang boleh masuk hutan mencarinya. Tiada waktu bebas boleh memburunya, semua serba dihitung secara adat. Ditambah dikejar musim hujan dan panen padi.
Sampai suatu saat, minggu lalu guru kehormatan SETON Sekolah Tukang Nusantara mengirimkan video ini, setelah kembali dari ‘menjemput’ material utama ini, kayu Masyela, di hutan sejauh dua hari jalan kaki. Secara bertahap rekonstruksi rumah-rumah Kampung Tarung akan dimulai bukan kering tahun ini, antara Agustus sampai Oktober. Setelahnya mereka harus menyambangi sawah-sawah mereka, sampai bulan kering di tahun berikutnya.
Selama bulan-bulan itu, SETON akan turut belajar kepada mereka, para seniman bangunan Sumba.
Siapa hendak turut?
Courtesy: Ama Lado
4 pemikiran pada “Masyela Wood for Kampung Tarung Reconstruction.”
Saya tertarik dengan program ini, karena kebetulan baru mulai belajar arsitektur kayu. Saya dapat info International Workshop of wooden Architecture di kampung tarung, Agustus 2019. Mohon info lebih detail programnya dan cara daftarnya. Karena di poster yang saya dapat info nya kurang detail. Terima kasih
Terima kasih atas ketertarikannya. Sila lihat dan cermati disini https://seton.uii.ac.id/2019/01/10/iwwa-seton-sumba-2019/. Salam tukang.
Saya ingin menyertai sekolah tukang untuk mendirikan kembali Kampung Tarung. Bisa diemail informasinya kepada saya? [email protected]
Saya adalah seorang pensyarah dari Universiti Malaysia Sarawak di Kepulauan Borneo. Jika boleh berkolaborasi, sila hubungi kami. Terima kasih.
Terima kasih. Sila lihat dan cermati disini https://seton.uii.ac.id/2019/01/10/iwwa-seton-sumba-2019/. Salam tukang.