ARSITEKTUR NIAS SELATAN
Nias merupakan pulau kecil yang letaknya 120 km dari pantai barat pulau Sumatera. Rumah tradisional Nias terkenal dengan keunikan bentuk dan merupakan salah satu aset kekayaan budaya Indonesia. Bangunan ini dahulu terkenal sebagai bangunan tahan gempa. Pada Maret 2005 bangunan ini mengalami uji ketahanan gempa besar berkekuatan 8.7 skala richter, pada gempa kali ini terdapat beberapa kerusakan yang dialami oleh rumah-rumah tradisional Nias terutama Nias Selatan. Gempa hebat berkekuatan 8.7 skala richter yang terjadi di pulau Nias akhir bulan Maret 2005 mengakibatkan kurang lebih 1000 jiwa meninggal dan ribuan unit bangunan dan fasilitas umum rusak bahkan runtuh. Jumlah total rumah dan fasilitas bisnis yang rusak berat, rusak ringan dan rusak total kemudian puluhan gedung pemerintahan, sekolah, jembatan jalanan dan tempat ibadah. Kerusakan dari dampak gempa tidaklah sedikit bagi bangunan rumah adat dan sekitarnya, yaitu pelataran atau assembly square di depan Omo Sebua mengalami retak dan terbelah, Megalit atau tempat duduk raja nicholo-cholo rusak dan patah, Hampir semua bagian belakang bangunan (extended house) yang terbuat dari konstruksi bata mengalami retak dan rusak,sekiat 10% bangunan rumah tradisional mengalami retak dan rusak,sekitar 10% bangunan rumah tradisional mengalami keruskan yang cukuop serius. Kerusakan yang dialami oleh bangunan Omo Sebua mengalami kerusakan yang cukup serius. Kerusakan ringan bangunan omo sebua dapat dilihat pada struktur bagian bawahnya. Tiang atau kolom rumah mengalami pergeseran dari alasnya yang berfungsi sebagai pondasi. Namun,sambungan pasak antara tiga tiang yang satu dengan lainnya mengalami pereganggan.
TIPOLOGI BENTUK RUMAH NIAS
Denah Rumah Nias mempunyai bentuk empat persegi yang disebut “gomo” berbeda dengan Nias Utara berbentuk oval yang disebut “moco”
BENTUK RUMAH NIAS
Omo Aro Gosali : berupa balai adat/balai pertemuan/tempat musyawarah seluruh warga kampung termasuk pemimpin,dalam rangka menyesuaikan permasalahan dan mendengarkan keberhasilan dari kegiatan desa baik adat,hukum,sosial dan kegiatan lainnya
Omo Hada : Berupa rumah rumah adat tinggal-masyarakat atau disebut si’ulu atau penghulu di daerah nias bagian selatan dan Balugu/Salawa pada masyarakat Nias bagian Utara. Pada bagian Omo Hada terdapat ukiran-ukiran yang unik yang melambangkan kekuasaan dan kekayaan
Omo Ni’olasara : Berupa rumah adat yang tiang-nya berukiran dengan motif ni’olasara,dan biasanya rumah ini ditempati oleh kaum bang-sawan atau tokoh adat
Omo Niha Sigoloto : berupa rumah rakyat bi-asa,berbentuk sama dengan rumah adat tetapi tiangnya tidak berukiran
Tipologi rumah tradisional Nias Selatan berbentuk persegi panjang dengan petak-petak terntentu dengan konstruksi berbaris berbentuk tinggi dan ujung atap yang mengarah ke jalan yang sudah ditentu-kan berdasarkan tipe rumah mengenai tata letak, gaya,desain,posisi rumah yang menunjukan tingkatan strata sosial terntentu.Terdapat rumah kepala suku (Omo sebua) rumah dewan adat (bale) yang berada di tengah persimpangan desa waterson,1990) dan rumah pemukiman penduduk biasa
POLA
Desa-desa nias selatan terletak di daerah perbukitan dan pegunungan dimana terdapat pemukiman yang terdiri dari ratusan rumah yang diatur saling berhimpitan dikedua sisi disepanjang jalan yang terbuat dari batu dengan pola jalan yang berbentuk konfigurasi L atau T.
Disepanjang jalan kampung,terdapat perkarangan yang cukup luas pada setiap pemukiman yang digunakan sebagai tempat mereka bekerja dan ber-sosialisasi.Saluran air yang terdapat masing-masing pemukiman adalah sebagai batas wilayah dari mas-ing-masing penghuni rumah,tapi terdapat juga sumber air bersama yang biasanya berada di persimpangan dari konfigurasi pola pemukiman T atau L.Dibagian depan halaman menuju kearah pemukiman/desa,disediakan tempat untuk meletakan batu-batu megallit. Tempat ini disebut Oli Batu dan menjadi perlambang kedudukan sang pemilik rumah.Batu-Batu tersebut memiliki bermacam-macam bentuk, termasuk Menhir (batu megalit yang berbentuk tegak tinggi)
ZONASI
Terdapat pembagian zonasi tingkat pada bangunan ru-mah di nias selatan,dimana ketiganya memiliki sistem struktur tersendiri dengan pelayanan yang berbeda dan fungsi yang berbeda pula berdasarkan ksomologis masyarakat nias itu sendiri .Pembagian zonasi ini sebagai fitur “genius” untuk menahan gempa mem-berikan lapisan yang elastis sehingga seluruh rumah akan berperilaku elastis terhadap getaran gempa.
MATERIAL BANGUNAN
Selain kayu dari berbagai jenis dan asalnya,material yang digunakan pada bangunan ini juga ada batu pada bagian bawah dan seng atau rumbia pada ba-gian atap,dua komponen tersebut juga mempunyai alasan kenapa dipilihnya material tersebut untuk hal gempa.
Komponen batu disebut dengan nama Batu Ndri-wa dan Gehomo dimana Ndriwa diletakan dibawah tiang pengunci (Ndriwa) dan Gehomo pada Tiang teg-ak lurus (Ehomo) batu-batu itu kemudian diletakan dibawah kolom yang merupakan bagian paling dasar bangunan dan berhubungan langsung dengan tan-ah,prinsipnya bangunan tersebut diganjal oleh batu dan tidak ditancapkan ke tanah sehingga goncangan gempa terhadap bangunan tidak terlalu kuat
Material atap yang digunakan sama yaitu kayu perbedaan terletak pada pembungkus atau material terluar yaitu rumbia yang terbuat dari daun kelapa- ,dipilihnya material tersebut karena ringan dan mudah didapat serta daun kelapa akan awet jika terkena asap,mengingat dapur terletak di dalam rumah dan sering terjadinya pembakaran membuat atap sering terkena asap
Atap rumbia memiliki banyak kelemahan dibanding-kan dengan meterial moderen seperti waktu pera-watan yang harus rutin diganti (empat tahun sekali) dan sering terjadinya bocor jika tidak dipasang den-gan baik serta harga yang semakin mahal,sehingga membuat warga harus berfikir efisiensi dengan mengganti material dengan material modern seperti seng karena harganya yang murah dan tahan lama namun menghilangkan kesan esensi rumah adat tradisional
Desa Bawomataluo
Desa Bawömataluo telah berdiri sekitar 200 tahun, desa ini merupakan desa wisata yang berada di Nias Selatan. Desa ini terletak di suatu bukit yang bernama Bukit Matahari, dikarenakan kita bisa melihat terbenam nya matahari di gerbang masuk desa ini. Di desa tersebut terdapat sebuah rumah adat yang disebut dengan Omo Sebua (Rumah Raja) dan Omo Hada (Rumah masyarakat). Tradisi khas adat dari Desa Bawömataluo yaitu lompat batu setinggi 2 meter yang terletak di depan Omo Sebua (Rumah Raja). Fungsi dari lompat batu sebagai pembuktian seorang lelaki bahwa dia telah dewasa dan pemberani.
ada terdapat puluhan rumah tinggal yang mem-punyai wujud asli rumah adat yang terdapat didesa ini dan ada juga beberapa rumah tinggal yang memodifikasi fungsi kolong rumah dengan menjadikannya sebagai warung untuk berjualan sovernir serta pola perkampungan yang sama dengan desa hilimondregeraya.Terdapat batu setinggi dua meter tak jauh didepan rumah sang raja yang digunakan sebagai tradisi khas adat Nias yaitu lompat batu
Di sepanjang perjalanan desa Bawomataluo ter-dapat panorama indah pada anak tangga menu-ju desa seperti pemandangan diatas bukit dan matahari terbenam di sore hari,pada jalan per-kampungan terhampar dataran luas yang mer-upakan lahan sekaligus sirkulasi untuk penduduk setempat yak juga lupa jejeran rumah adat yang kebanyakan masih asli,berbeda dengan hilimon-dregeraya rumah-rumah di desa Bawomataluo mempunyai tinggi yang sama mengingat kontur tanah yang rata.Terdapat bangunan yang amat besar di desa tersebut yaitu Omo sebua atau tempat tinggal raja.
OMO SEBUA
Omo sebua merupakan bangunan tradision-al nias yang berfungsi sebagai rumah tinggal suatu keluarga yang mempunyai dua zona dima-na zona bagian depan dibuat untuk menerima tamu (biasanya para lelaki) dan belakang untuk menyiapkan jamuan tamu atau memasak di area dapur (para wanita)
Dari segi filosofis bentuk Omo Sebua yang ter-letak di desa Bawomataluo ini tidak jauh ber-beda dengan omo sebua yang terletak di desa hilimondregeraya,hanya saja bentuk OMO sebua di Bawomataluo mempunyai bentuk yamg leb-ih besar dan material yang lebih tua serta kom-ponen-komponen ruang yang lebih banyak
Terdapat bagian depan,bagian belakang dan ada kamar raja di tengah-tengah bangunan yang ber-fungsi untuk melihat tamu yang datang serta dua perapian di sisi depan dan belakang yang ber-fungsi sebagai tempat memasak
Bagian-bagian ruang tersebut mempunyai nama tersendiri dan tingkatan yang berbeda-beda,ada yang diperuntukan untuk tamu,memasak dan kamar sang raja
Kekuatan struktur pada Omo Sebua dikuatkan pada bagian atap dan kolong dan pada bagian badan tidak terlalu kuat,struktur atap yang rumit dan memerlukan banyak pengunci (ndriwa) ber-guna untuk menahan beban angin mengingat tingginya atap bangunan ini,tak juga lupa kolong yang juga terdiri dari banyak tiang dan pengun-ci di bagian bawah (Ndriwa) yang berfungsi se-bagai penahan gaya lateral atau gempa .
Desa Hilimondegraya
Desa Hilimondregeraya merupa- kan desa tertua yang berada di Nias Selatan karena telah didirikan dari ribuan tahun yang lalu. Desa ini memiliki ratusan batu megalith dan rumah adat sebagai pening- galan leluhur. Pada desa tersebut rumah adat sendiri disebut den- gan Omo Sebua (Rumah Raja) dan Omo Hada (Rumah masyarakat) sama seperti Nias lainnya. Dalam pembangunan sebuah rumah adat harus adanya upacara adat seperti potong babi dsb. Tradisi khas adat dari Desa Hilimondregeraya yaitu lompat batu seperti Desa Bawö- mataluo.
ada terdapat puluhan rumah tinggal yang mem-punyai wujud asli rumah adat yang terdapat didesa ini dan ada juga beberapa rumah tinggal yang mempunyai bentuk modern,tak juga lupa jalan lurus dengan barisan rumah adat yang ra-pat di sisi kiri dan kanan jalan,konon berfungsi untuk memudahkan strategi untuk berperang serta menguatkan rumah satu dan yang lain jika sewaktu-waktu terjadinya gempa
Di sepanjang perjalanan desa menuju Omo Se-bua terdapat beberapa rumah adat yang masih asli dari segi material dan bentuk dan ada beber-apa rumah modern yang berjajar di sepanjang desa.
Rumah-rumah tersebut mempunyai tinggi yang relatif sama namun tidak terlalu sejajar mengin-gat kontur tanah didesa tersebut tidak rata dan terletak diatas bukit hanya ada satu rumah yang berukuran lebih besar dari rumah lainnya yaitu rumah kepala desa (OMO SEBUA)
Omo Sebua ini terletak diujung desa,berdampin-gan dengan rumah-rumah penduduk lainnya dan ada plataran yang dapat digunakan sebagai tem-pat duduk raja sehingga ia bisa menyaksikan ak-tivitas yang dilakukan oleh penduduknya
OMO SEBUA
Omo sebua merupakan bangunan tradision-al nias yang berfungsi sebagai rumah tinggal suatu keluarga yang mempunyai dua zona dima-na zona bagian depan dibuat untuk menerima tamu (biasanya para lelaki) dan belakang untuk menyiapkan jamuan tamu atau memasak di area dapur (para wanita) Omo sebua merupakan ban-gunan terbesar yang berada didesa karena mer-upakan tempat tinggal seorang raja atau pemi-mpin di desa tersebut
Dari segi bentuk rumah ini mempunyai filosofi bentuk kapal yang mengartikan bahwa nenek moyang dulu berperang menggunakan kapal,dari segi tektonika bangunan ini tidak menyatu den-gan tanah agar meminimalisir efek terjadinya gempa atap yang tinggi untuk segi penghawaan
Ukiran - Ukiran juga banyak terdapat di dalam omo sebua ini ukiran-ukiran tersebut menceri-takan sesuatu tentang penduduk sekitar,sejarah dan sesuatu yang berhubungan dengan adat is-tiadat lainnya
Kekuatan struktur pada Omo Sebua dikuatkan pada bagian atap dan kolong dan pada bagian badan tidak terlalu kuat,struktur atap yang rumit dan memerlukan banyak pengunci (ndriwa) ber-guna untuk menahan beban angin mengingat tingginya atap bangunan ini,tak juga lupa kolong yang juga terdiri dari banyak tiang dan pengun-ci di bagian bawah (Ndriwa) yang berfungsi se-bagai penahan gaya lateral atau gempa .
Earthquake Nias Selatan
HISTORY
Rumah tradisional Nias terkenal sebagai bangunan tahan gempa. Pada maret 2005 diuji oleh gempa 8.7 skala richter. Pada gempa tersebut terdapat beberapa kerusakan yang dialami oleh rumah-rumah tradisional Nias terutama di Nias Selatan. Kerusakan yang dialami di nias ter-masuk rumah adat yaitu, Pelataran atau assembly square di depan Omo Sebua mengalami retak dan terbelah, Megalit atau tempat duduk raja nicholo-cholo ru-sak dan patah, dan Hampir semua bagian belakang bangunan (extended house) yang terbuat dari konstruksi bata men-galami retak dan rusak. Namun kerusakan ini diakibatkan karena lapuknya materi-al bangunan yang sudah berumur lama.
GEOGRAPHY
Kepulauan Nias, Mentawai, Siberut, Simeulue dan pulau-pulau di sebelah Barat Pulau Sumatera adalah daerah rawan gempa bumi dan tsunami. Pulau-pulau tersebut terbentuk akibat proses subduksi lempeng tektonik.
Berdasarkan Katalog gempa bumi signifikan dan merusak Badan Meteo-rologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Penyebab terjadinya gempa bumi di Su-matera barat bukan hanya dari Mentawai Megathrust namun juga karena tatanan Tektonik di Sumatera. Tatanan Tektonik ini menjadi sumber terjadi gempa bumi, ke tiga tatanan tektonik tersebut adalah Zona Subduksi antara lempeng tektonik India-Australia dengan lempeng Eurasia, Mentawai Fault System (MFS) dan Suma-tra Fault System (SFS) atau sesar Sumat-era.
STYLE TYPOLOGY
Tipologi rumah tradisional Nias selatan berbentuk persegi panjang den-gan petak-petak tertentu dengan kon-struksi berbaris berbentuk tinggi, hal tersebut dikarenakan agar rumah ko-koh saat terjadi gempa dan ujung atap yang mengarah ke jalan yang sudah ditenntukan berdasarkan tipe rumah mengenai tata letak, gaya, desain, po-sisi rumah yang menunjukkan tingkatan strata sosial tertentu. terdapat rumah kepala suku (omo sebua), rumah dewan adat (bale) yang berada di tengah per-simpangan desa (waterson, 1990) dan rumah pemukiman penduduk biasa.
SUSTAINABILITY OF NIAS
Dari sisi struktur dan konstruk-si, dapat kita lihat contoh arsitektur tra-disional yang telah mempertimbangkan sistem struktur yang berkelanjutan, misal-nya sistem struktur pada rumah Nias yang dikenal dengan sebutan Omo Sebua yang merespon gaya gempa dengan mencip-takan struktur diagonal sebagai perkua-tan struktur rangka kaku dan berfungsi untuk menahan gaya lateral dari samping. Secara konstruksi, sistem struktur ini tidak melukai bumi sebagaimana sistem struk-tur tiang pancang pada bangunan mod-ern. Struktur bangunan diletakkan di atas pondasi umpak dan mengurangi dampak yang ditimbulkan pada struktur tanah.